Sohib

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang ind...

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah. Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya... Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur - disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian. Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya. Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah. Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya. Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis. Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya. Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda ?? Siapa yang mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai ?? Siapa yang ingin bersama anda saat anda tak bisa memberikan apa-apa ?? MEREKALAH SAHABAT ANDA Hargai dan peliharalah selalu persahabatan anda dengan mereka. Sahabat yang luar biasa, beberapa saat yang lalu, saya menerima undangan dari Mayjen Bambang Suranto untuk memberi seminar motivasi di SESKOAD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat) di Bandung, Jawa Barat. Karena acara akan berlangsung jam 10 pagi, maka pada pukul setengah enam pagi, saya pun bersiap-siap berangkat ke Bandung. Ketika ke luar rumah, sopir sudah menyiapkan mobil yang sudah terisi dengan barang2. Karena satu dan lain hal, mobil yang tadinya akan digunakan harus diganti. Tidak membuang waktu, kami pun langsung memindahkan barang2 ke mobil pengganti dan segera berangkat. Sekitar pukul 9.15 kami tiba di Kota Bandung. Saya, yang masih mengenakan sandal rumah, segera berkemas-kemas di mobil. Tapi... lho, mana sepatu saya?! Di tempat pemberhentian, kami segera sibuk mencarinya ke segala sudut mobil, tapi si sepatu tidak berkenan ditemukan juga. "Pasti, ketinggalan di mobil yang pertama!" saya berkata dalam hati sambil menganalisa keadaan. "Padahal waktu seminar sudah mepet sekali. Dari kontak pertelpon, panitia dan peserta sudah lengkap dan siap menunggu kehadiran saya. Tidak mungkin saya pergi dahulu ke pertokoan sekarang. Lagipula, saya, asisten, dan sopir tidak terlalu mengenal jalan-jalan di Bandung. Apa yang harus saya lakukan?" Segera saya melirik ke sepatu asisten saya. Setelah dicoba, ternyata ukuran sepatunya tidak cocok dengan kaki saya. Giliran berikutnya, sepatu si sopir menjadi sasaran dan ternyata juga tidak cocok. Dalam kebingungan, saya teringat nama salah seorang sahabat saya yang tinggal di Bandung. Ia seorang pengusaha yang memproduksi sepatu dan sandal. Namanya, Felix Verguso (merek sepatu produksinya, sesuai namanya sendiri). Saya pun segera meneleponnya untuk meminta bantuan. Percakapan di telepon, dan peristiwa yang terjadi setelahnya, berjalan sangat cepat. Menyadari situasi ‘genting', tanpa banyak basa basi, Felix segera membantu. Melalui anak buahnya, dikirimlah dua pasang sepatu ke tempat saya berada, lengkap dengan semir dan sikatnya. Saya coba, pilih, dan segera meluncur ke tempat seminar. Ketika saya menanyakan harga yang harus ditebus, Felix dengan halus menolak. "Masa seorang Andrie Wongso, yang saya kenal dengan baik, harus bayar?" demikian katanya. Berkat bantuannya, saya bisa tampil dengan layak dan penuh percaya diri, seperti biasanya. Sungguh bantuan yang sangat berharga dari seorang sahabat.

You Might Also Like

0 komentar

Flickr Images